Pulau Seliu.
Selain kaya akan keindahan alam wisata baharinya dengan jutaan ton hasil laut
setiap tahunnya, pulau ini juga menyimpan kekayaan lain yaitu komoditas mangga.
Kali pertama menginjakkan kaki di tanah Seliu, menyebrangi jembatan dermaga
Teluk Gembira, sepanjang jalan utama pulau mungil ini dihiasi dengan kehadiran
pohon mangga. Dari pangkal portal Selamat Datang di Desa Pulau Seliu sampai
ujung pulau, rindangnya pohon mangga tidak pernah absen di samping kanan kiri
pekarangan rumah warga. Birunya langit Seliu, semilirnya angin Seliu, semakin
diramaikan dengan semarak rindangnya daun mangga. Menakjubkan!
Mengungkap
sedikit misteri keberadaan komoditas mangga di pulau ini, ternyata ada sebuah
legenda yang ada di belakangnya. Konon katanya ribuan pohon mangga yang ada di
Seliu tumbuh dengan sendirinya. Tak ada yang tau atau ingat siapa yang menanam
pohon pohon mangga tersebut untuk pertama kalinya. Salah satu versi legenda
menyatakan bahwa pohon pohon mangga di tanah seliu ini merupakan harta warisan
yang telah diberikan oleh nenek moyong kepada tujuh keturunan generasi mereka.
Banyak warga yang percaya bahwa mangga-mangga tersebut tidak akan pernah
berhenti berbuah tanpa batasan waktu. Uniknya memang ada sedikit banyak cerita yang sesuai dengan
fakta yang ada. Walau belum ada perawatan dan budidaya yang teratur, komoditas
ini tumbuh dengan suburnya dan kadang bahkan berbuah ketika bukan musim mangga.
Untuk hal yang satu ini warga Seliu menyebutnya sebagai mangga selingan.
Namun sayangnya
dengan keterbatasan informasi serta sarana dan prasarana yang tepat, sumber
daya mangga ini belum dapat diolah secara optimal oleh warga setempat. Warga
hanya menjual buah-buah mangga secara langsung ke pengepul di kota Tanjung
Pandan secara langsung tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Saat musim
panen mangga tiba, banyak warga berbondong bondong menyeberang ke kota untuk
menukarkan hasil panen mereka. Karena melimpahnya buah dipasaran atau karena faktor
lain, mangga mangga ini hanya dihargai Rp 1.500,00 per kg nya. Tentunya harga
tersebut tidak sebanding dengan perjuangan warga yang harus menyeberang pulau
dan menempuh perjalanan sepanjang 60 km hanya untuk menjual mangga mereka.
Beberapa warga lebih memilih mengonsumsi sendiri hasil panen pekarangan rumah.
Apabila panen bersisa, mereka hanya akan menelantarkan buah-buah tersebut
berjatuhan ke tanah tanpa mengolahnya. Kalau ada wisatawan yang berkunjung ke
Desa Pulau Seliu ketika musim mangga, maka akan ada salah satu wisata baru,
yakni wisata kuliner mangga dengan harga super murah.
Kehadiran kami
tim KKN UGM 2015 Unit BBL11 menjadi harapan tersendiri bagi warga untuk membantu
mereka menngolah sumber daya mangga yang melimpah ini. Inovasi produk berupa
manisan mangga dan keripik mangga menjadi pilihan kami untuk kami perkenalkan
kepada warga Seliu. Respon positif yang ditunjukkan dari besarnya antusiasme
warga Seliu manambah semangat kami untuk terus membantu mengembangkan potensi
alam yang ada.
Beberapa saat setelah menikmati mangga selingan Pulau Seliu – oleh Dida
KHF
0 komentar:
Posting Komentar