Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan,
Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan,
Ya ya ya ya, terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama,
Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama.
“Mas vempiii”
Teriakan keras itu
menyambut kedatanganku ketika memasuki pintu salah satu ruang kelas di SD 27
membalong. Teriakan itu muncul spontan dari anak-anak yang sebelumnya telah
mengenal saya. Memang, banyak dari mereka yang tidak membutuhkan waktu lama
dalam menghafal nama-nama kami. Tidak hanya di kelas, anak anak tidak akan
segan memanggil nama kalian dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan
bagaimanapun. Dan disaat itulah kalian akan merasa menjadi kakak bagi semua
anak-anak seantero Pulau Seliu ini.
Walaupun terlambat hadir
di kelas, namun keterlambatan saya sore ini tidak merubah sedikitpun antusiasme
saya mengajar pramuka di kelas ini. Senyum mereka cukup memberi dorongan bagi
saya untuk memberikan yang terbaik untuk latihan pramuka sore ini. Bahkan lebih
dari cukup untuk sekedar menyulutkan energi semangat untuk berteriak-teriak
sekeras mungkin untuk mengajarkan materi pramuka dan mengisi game dan ice
breaking untuk mereka semua.
Seperti biasa, saya
selalu berusaha melemparkan senyum terbaik saya kepada setiap tatapan polos
mereka. Saat saat seperti inilah yang membuat saya selalu tertarik berinteraksi
dengan anak-anak desa ini. Mereka telah memberi banyak hal kepada kami. Sebuah
hikmah dan penghayatan yang tak akan terlupakan sampai nanti.
“Sudah kenal kakak kan?”
ucap saya pertama kali ketika dipersilahkan berkenalan.
“Sudaah” “Kak Vempiii”
“Ya, nama kakak...
vempi...”. “Siapa?”
“V E M P I”
Beberapa kali saya
mengulang ejaan nama saya kepada mereka. Karena saya sadar bahwa nama saya akan
terdengar tidak cukup familiar bagi sebagian banyak orang, termasuk di desa ini.
Karena itulah beberapa kali saya menegaskan disetiap perkenalan bahwa nama saya
adalah Vempi, bukan Pemvi, Febri, Fepi, atau bahkan Pampi layaknya nama salah
satu makanan yang menjadi favorit di desa ini. Makanan yang yang di jawa biasa
disebut kwetiau. Haha, sudahlah.
Hari ini kami mengajar
pramuka di SDN 27 Membalong. Ini adalah pertemuan pertama setelah kami
merencanakan program ini beberapa hari lalu. Memang cukup mendadak. Namun hati
ini seolah tergerak untuk tetap berbagi ilmu pramuka kepada anak anak SD dan
SMP. Walaupun saya tidak terlalu mahir dalam ilmu kepramukaan, namun setidaknya
pengalaman menjadi pradana ketika SMA cukup untuk mengajarkan materi-materi
dasar kepada anak-anak penggalang disini.
Materi pramuka adalah hal
yang cukup awam bagi mereka. Jika di jawa kita sudah biasa mendapati anak-anak
SD dan SMP yang begitu lancar menghafal sandi, semaphore, tanda, tanda jejak,
tali temali, dan beberapa lagu-lagu pramuka populer. Disini kalian mungkin akan
terkaget ketika mendapati anak-anak pramuka yang tidak pernah mengenal lagu
“selamat datang kakak” sekalipun. Memang keadaannya seperti itu. Mereka belum
pernah mendapatkan materi pramuka intensif dari kakak-kakak pembina mereka,
baik SD maupun SMP. Entah apa kegiatan pramuka yang biasanya dilakukan di sini,
jika materi materi dasarnya pun belum diajarkan.

“Nah, yang nanti tepuk
duluan sebelum penghapus ini saya lempar akan mendapatkan hukuman. Setujuuu? ”.
“Oh ya, semuanya harus tepuk tangan ya... Yang tidak ikut tepuk tangan juga
mendapatkan hukuman lho.”
“Setuju kak...” Jawab
riuh anak anak sebagai tanda antusiasme
mereka dalam mengikuti game ini.
Saya memulai kelas sore
ini dengan memberikan game kecil-kecilan kepada mereka. Game yang sering saya
gunakan ketika berhadapan dengan anak-anak. Untuk sekedar memberikan Ice
breaking, kala suasana mulai tidak kondusif. Menurut saya, cara ini cukup
efektif untuk mengalihkan fokus mereka dan memecah keramaian yang ada.
Yang paling ditunggu-tunggu
adalah ketika mendapati anak-anak yang melakukan kesalahan dan kemudian dikenai
hukuman. Ya, banyak dari anak-anak yang akan terkecoh ketika saya menggerakkan
tangan keatas seolah akan melemparkan penghapus, namun urung. Haha, Akhirnya
satu persatu dari mereka dikuhukum didepan kelas untuk menyanyikan lagu
“Selamat datang kakak” yang sebelumnya telah kami ajarkan kepada mereka. Dengan
ini semoga mereka merasa senang mengikuti kelas ini sehingga dapat menyerap
ilmu yang kami sampaikan sore ini.
Sebenarnya, waktu yang
singkat ini tidak cukup untuk memberikan banyak materi kepada anak anak. Bahkan
ternyata tidak ada satupun materi yang kami sampaikan di pertemuan kali ini.
Hanyalah perkenalan, game, icebreaking, menyanyi, penugasan, dan sebuah pertanyaan
sederhana untuk anak-anak. ‘Apa yang kalian ketahui tentang Pramuka?!!!’ Menurut
kami, itu sudah lebih dari cukup untuk memberikan kesan terbaik untuk mereka di
pertemuan pertama latihan pramuka mereka. Selamat datang adik-adik di latihan
pembentukan karakter sebagai seorang praja muda karana muda, laskar Coklat tua
muda penggalang!
Latihan pramuka sore hari
ini menambah satu lagi paragraf cerita di buku harian saya selama tinggal di
desa ini. Saya sudah terlanjur jatuh hati kepada desa ini. Semua hal tentang
desa ini menjadikan kenangan yang sangat berarti bagi saya. Semoga sedikit ilmu kepramukaan ini bisa
menjadi titik-titik nilai dalam diri kalian yang menggores dalam lukisan kisah
kejayaan bangsa indonesia ini. Kelak.
Jayalah Indonesiaku! Dirgahayu
Republik Indonesia ke-70!
Salam dari Pulau seliu!
0 komentar:
Posting Komentar