Jumat, 03 Juli 2015

Kisah Bajak Laut Seliu

Posted By: Pulau Seliu - 10.37

Share

& Comment


Melewati beberapa malam di Seliu, sudah mulai ada beberapa rutinitas yang selalu hampir dilakukan. Ketika semua kegiatan sudah selesai dilakukan, kegiatan yang paling mantap dilakukan yakni duduk-duduk di dermaga, sambil melihat laut dengan kapal-kapal yang berisi lampu kedap kedip sebagai pertanda lokasi kapal. Tak jarang sesekali diajak memancing oleh nelayan di  pinggir dermaga, memancing cumi menjadi salah satu kegiatan yang menarik. Sambil memancing, nelayan sangat senang berbagi kisah melautnya kepada para pendatang seperti mahasiswa UGM yang sedang KKN yang sebagian besar bahkan hampir semuanya tidak pernah melaut.
Nelayan di Pulau Seliu biasanya berangkat melaut subuh sekitar jam 4 dini hari dan pulang sekitar jam 12 siang. Namun ada juga yang melaut dengan jarak yang lebih jauh, dan biasanya membutuhkan waktu 5 hari perjalanan. Ada kisah menarik dari perjalanan nelayan di Pulau Seliu, ternyata tak jarang para nelayan bertemu dengan bajak laut yang menginginkan hasil laut para nelayan. Ada 2 jenis bajak laut yang biasa ditemui para nelayan, pertama bajak laut yang "sadis" kedua bajak laut yang sedikit lebih baik dari "sadis", dan bajak laut yang masih sedikit lebih baik dari “sadis”. Apa perbedaan keduanya? Dari penjelasan nelayan, bajak laut yang sedikit lebih baik dari sadis biasanya menginginkan hasil tangkapan nelayan dengan cara membeli. Lalu dimana letak sadisnya? Bajak laut membeli hasil tangkapan nelayan dengan membawa senjata api laras panjang dan meminta setengah harga atau bahkan kurang dari setengah harga. Kalau sudah begini tentu saja nelayan akan merugi, jika lebih beruntung, kadang bajak laut tidak jadi membajak apabila diketahuinya nelayan yang di bajak berasal dari 1 suku. Bagaimana cara mengetahui 1 suku atau tidak? Gampang, cukup dengan mendengarkan logatnya saat berbicara. Untuk yang ini sebaiknya saya tidak sebutkan nama sukunya. Lalu bagaimana dengan bajak laut yang tergolong sadis? Kalau yang sadis tidak ada penawaran, bajak laut bisa langsung mengancam nelayan dengan senjata api dan meminta hasil tangkapannya secara cuma-cuma. Bahkan jika lebih sial, mesin kapal nelayan juga bisa dipreteli oleh bajak laut, kalau sudah begini nelayan akan merugi, selain itu juga mereka akan sulit untuk pulang.
Cerita seperti ini menegaskan kembali, memang cukup keras kehidupan di laut. Kejadian seperti ini baru saya temui di Pulau Seliu, saya kurang tau apakah nelayan di daerah lain juga mengalami nasip yang serupa, tapi kemungkinan besar mereka juuga mengalami hal yang sama. Namun sekeras-kerasnya kehidupan nelayan, Nelayan di Pulau Seliu tetaplah merupakan nelayan yang ramah dan baik hati. Nelayan yang dengan mudahnya memberikan kepiting hasil tangkapannya begitu saja kepada kami yang baru KKN di Pulau Seliu. Nelayan yang selalu senang berkelakar di dermaga dimalam hari dan menceritakan kisah seru melautnya. Nelayan yang dengan mudah memberikan pancingannya dan mengajarkan cara memancing cumi di pinngir dermaga. Semua itu akan menjadi kenangan yang indah, dan pelajaran “kelautan” yang tidak mungkin di dapat dibangku kuliah.


Pada suatu malam di Pulau Seliu saat menunggu jadwal piket masak sahur – oleh Made Sapta

About Pulau Seliu

Sebuah portal yang mengenalkan salah satu khasanah Kekayaan Wisata Indonesia yang berada di pulau belitung, Pulau Seliu adalah sebuah pulau kecil yang berada di Selatan Belitung dengan segala keindahan alam dan kearifan lokalnya

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2013 Seliu Island™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.