Selasa, 15 September 2015

Seliu, Keunikan dalam Kesederhanaan

Posted By: Pulau Seliu - 02.28

Share

& Comment



Seliu, adalah desa dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Pulau kecil yang terletak di selatan Pulau Belitung ini dikeliling oleh pantai dan lautan, tempat dimana para nelayan menangkap rejekinya. Mereka berada di laut kurang lebih selama lima belas hari setiap bulannya, ada yang memilih melaut harian ada yang memilih melaut mingguan. Nelayan yang melaut harian memiliki waktu kurang lebih satu hari untuk mempersiapkan segala peralatan melaut agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya di esok hari. Mereka yang melaut mingguan memiliki waktu kurang lebih tujuh hari untuk persiapan dirinya selama tujuh hari juga di lautan. Selama persiapan melaut ini, mudah ditemukan istri para nelayan turut membantu membuat jala pada siang hari di depan rumah mereka. Namun, seberapapun persiapan mereka untuk menangkap rejeki masih ada hal yang dapat mengurungkan niat mereka untuk melaut, yaitu angin. Bulan Agustus adalah bulan dimana angin bertiup cukup kencang.
Sekitar 90% mata pencaharian warga merupakan nelayan, dari kurang lebih sekitar 330 kepala keluarga. Rata-rata pendapatan mereka setiap bulannya berada di kisaran 2.2 juta. Upah dari hasil menangkap ikan ini tentu digunakan untuk membeli sembako dan kebutuhan lainnya. Mereka jarang membelanjakan uangnya untuk membeli lauk pauk karena dapat langsung mengambil dari hasil tangkapan.
Terdapat hal unik menurut saya yang saya temukan selama bincang-bincang yang terjadi, yaitu pengeluaran untuk rokok lebih mahal dibanding pengeluaran untuk membeli kebutuhan beras sekeluarga dalam satu hari. Saya beberapa kali mengobrol dengan istri para nelayan, saat sebagian dari mereka sedang menjahit pukat, memasak, atau bersantai di siang hari. Para istri mengatakan bahwa suami mereka biasanya menghabiskan satu bungkus rokok setiap harinya, bahkan ada yang dua bungkus per harinya kemudian saya beralih menanyakan tentang bagaimana mereka membelanjakan pendapatan dari melaut untuk keperluan sehari-hari. Harga rokok berada di kisaran Rp 18.000,00 per bungkusnya sedangkan satu keluarga diperkirakan memiliki empat anggota di dalamnya menghabiskan beras kurang lebih satu kilo per harinya atau sebesar Rp 13.000.
Saya coba memastikan kembali tentang jumlah bungkus rokok yang dibeli dan kebutuhan beras sehari, kemudian saya sampaikan kepada istri para nelayan “Bu, berarti untuk beli rokok Bapak sehari lebih mahal dibanding kebutuhan untuk sekeluarga ya, Bu?” sebagian besar dari mereka mengiyakan sambil tertawa, menyadari bahwa selama ini membeli barang yang membawa dampak buruk bagi keluarga demi memenuhi candu satu orang dibanding menghabiskan lebih banyak uangnya untuk kebutuhan gizi keluarga.
Lagi, saya temukan hal unik ketika menjelang maghrib saya pergi ke warung sekitar hendak membeli air mineral. Sebelumnya saya ingin memberi tahu terlebih dahulu bahwa listrik di Seliu dioperasikan selama 12 hingga 13 jam per harinya, yaitu pukul 16.30 hingga 06.00 di keesokan harinya Saya kaget ketika sebuah warung biasa memiliki TV flat dan sedang menayangkan salah satu saluran TV internasional, Fox Movies. Warung lainnya sedang menayangkan saluran Bloomberg. Keesokan harinya setelah saya merasa mulai lebih baik akibat perjalanan yang melelahkan, saya mendapati bahwa banyak rumah memiliki antena parabola. Tidak hanya rumah yang berdinding tembok, tetapi juga rumah yang berdinding kayu sederhana.
Tidak sedikit pula dari mereka yang berlangganan TV kabel untuk menayangkan saluran-saluran internasional. Saya coba bandingkan dengan lingkungan tempat saya tinggal di Yogyakarta dimana hanya sedikit dari mereka yang berlangganan TV kabel karena beberapa alasan tertentu, seperti kurang tertarik untuk menggunakan waktu luangnya dengan menonton TV, mendidik anak agar tidak malas, atau mungkin karena gadget yang dimiliki sudah dapat memenuhi kebutuhannya akan informasi dibanding melalui TV. Apa yang ada di dalam benak saya pertama adalah warga disini tidak mau tertinggal dibanding wilayah lain, walaupun masih bermasalah dengan ketersediaan air bersih, namun tidak menghalangi mereka untuk tetap up-to-date dengan segala informasi.
Saya kemudian menyadari bahwa ada alasan lain dibalik banyaknya keluarga yang memiliki antena parabola dan berlangganan TV kabel, hal ini menurut saya pribadi cenderung didasari akan kebutuhan yang tinggi akan hiburan.
Seliu adalah pulau yang dikelilingi dengan keindahan alam yang menurut saya menakjubkan, hanya dengan berjalan kaki sudah dapat bersinggah ke pantai-pantai yang jernih berpasir putih. Orang-orang yang tinggal di dalamnya sangatlah membuat pendatang seperti saya dan kawan-kawan merasa betah selama kami tinggal disini. Namun, merupakan tantangan tersendiri bagi wilayah yang terpencil di masa yang terglobalisasi ini. Hal-hal yang berbau modern sangatlah cepat menyebar, sayangnya menanamkan moral membutuhkan ketekunan dan proses yang terus menerus berlangsung.
Masing-masing wilayah dan individu akan menghadapi tantangannya masing-masing. Semua bergantung pada kesiapan dirinya. Hal sederhana seperti pengeluaran yang lebih besar untuk belanja kebutuhan rumah daripada rokok dan mengisi waktu luang dengan hal yang lebih mampu meningkatkan kualitas diri merupakan salah satu cara untuk mengarahkan warga Seliu menyiapkan diri dalam mengahdapi tantangan uniknya.

Seliu, terima kasih atas segala pengetahuan di setiap menitnya

Oleh Yurika Gunawan

About Pulau Seliu

Sebuah portal yang mengenalkan salah satu khasanah Kekayaan Wisata Indonesia yang berada di pulau belitung, Pulau Seliu adalah sebuah pulau kecil yang berada di Selatan Belitung dengan segala keindahan alam dan kearifan lokalnya

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2013 Seliu Island™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.