Selasa, 15 September 2015

Peta, Air dan Pesan Kebijakan

Posted By: Pulau Seliu - 02.30

Share

& Comment



Pagi itu, seperti biasanya matahari pagi di Pulau Seliu selalu tersenyum menyambut anak anak KKN yang akan menjalani programnya masing-masing. Salah satunya aku. Di bawah langit biru itu, langkah demi langkah ku jalani diiringi dengan senyuman dan sapaan dari orang tua yang bersemangat mengantarkan anak-anaknya pergi ke sekolah di tahun ajaran baru. Tak kalah dengan bunyi knalpot motor, kayuhan sepeda adik-adik dan seragam baru juga menemani jalan ku pada pagi itu. “Kakak...” ya begitulah biasanya mereka memanggil ku setiap harinya. Aku hanya bisa membalasnya dengan “halooo, selamat pagi!”.
            Yap, akhirnya aku tiba di SD N 28 Membalong dengan keringat yang mengalir dan lutut yang sedikit gontai. Hmmm, mungkin aku kurang olahraga, jalan kaki sebentar saja sudah lelah atau aku kurang piknik. Lalu ku lewati koridor itu dengan tempo selambat-lambatnya karena aku harus menghadapi tatapan-tatapan heran dan bertanya-tanya dari adik adik berseragam merah putih ini. “Siapa kakak ini?” atau “Mau ngapain kakak ini datang ke sini?” atau “Kakak ini mau ngajar kelas berapa ya?” ya aku harap pertanyaan ketiga yang ada di dalam benak mereka pada saat itu. Ku masuki ruang guru dengan perasaan gugup. Seketika perasaan gugup itu hilang karena melihat para guru menatap ku dengan senyuman hangat, I felt like I was in home and met my parent.
            Salah satu guru mengantarkan ku ke dalam kelas , Bu Sulis. Bu Sulis ini adalah seorang wanita paruh baya yang rumahnya berada di dekat pondokan di mana anak-anak KKN tinggal. Beliau yang dengan senang hati mempersilahkan kami, anak-anak KKN untuk mandi di rumahnya agar kami tetap bisa merasakan mandi dengan air bersih. Beliau juga sering kali dengan murah hati menjamu kami untuk makan di rumahnya, salah satunya adalah Mie Belitung, terima kasih Bu.
            “Halo, selamat pagi…”, ku sapa mereka dengan hangat. “Selamat pagi kak…”, jawab mereka dengan antusias. Aku memutuskan untuk tidak langsung memulai pelajaran, ku coba untuk mengenal 10 siswa-siswi itu lebih dekat. Dimulai dengan perkenalan, alamat rumahnya di mana dan mereka dengan ramahnya juga menawarkan aku untuk singgah ke rumahnya suatu waktu nanti hingga akhirnya pagi itu kami tertawa bersama karena candaan-candaan konyol yang dibuat oleh salah satu diantara mereka.
            Mendengar tawa mereka yang hangat dan bersahabat, aku merasa bahagia, merasa sudah mulai diterima di kelas itu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya . Ku tanamkan dalam hati ini, aku datang ke kelas itu untuk memberikan ilmu, pengetahuan, pengalaman yang aku punya dan belajar dari mereka, belajar tentang apapun itu.
            Ku lihat di sekeliling ruangan itu, tak ada peta Indonesia hanya ada globe yang sudah berdebu di dekat lemari di pojok ruangan. Ya, pagi itu aku mau berbagi pengetahuan mengenai peta Indonesia dan tempat wisata yang dimiliki oleh Indonesia. Aku gunakan globe yang ada untuk menjelaskan di mana posisi Indonesia dan gambar peta Indonesia yang ada di laptop ku untuk menjelaskan mengenai letak-letak provinsi yang ada di Indonesia. Tiba-tiba ada salah satu celetukan dari mereka, “Kak di mane Pulau Seliu?”, belum sempat aku menjawab, salah satu dari mereka yang telah menjawab pertanyaan itu, “Ti, Pulau Seliu dak nampak di peta, kan pulau kite ni kecik, ya kan Kak?” Ya, Pulau Seliu ini termasuk salah satu pulau kecil yang dimiliki oleh Indonesia, karena luas pulau ini hanya berkisar lebih kurang 1.645 Ha dan tidak terlihat dengan jelas pada gambar peta Indonesia dengan skala kecil.
Setelah itu, ku paparkan foto-foto tempat wisata yang dimiliki oleh Indonesia. Dari tempat-tempat bersejarah peninggalan tsunami di Aceh hingga Raja Ampat di Papua, ku lihat tatapan kagum yang terpancar dari mata mereka, seakan-akan tatapan tidak percaya selain pantai-pantai yang indah di Pulau Seliu, Indonesia masih memiliki banyak tempat-tempat indah yang harus mereka kunjungi suatu hari nanti. Tapi, ada satu tempat yang menjadi perhatian mereka yaitu, Danau Labuan Cermin di Kalimantan Timur. “Ti! Kak alangke jernih aek itu kak, pacak bekace kite di sana?” mungkin dilihat dari kata cermin yang biasa digunakan untuk berkaca atau emang kita bisa berkaca karena saking jernihnya air di Danau Labuan Cermin itu, aku juga tidak tahu karena aku belum pernah menginjakkan kaki di Pulau Borneo itu. “Aku nak mandi di sana kak, aeknya bersih” ucap salah satu di antara mereka. “Ti! Aek di rumah ku mirah kak” timpal yang lain. Hmm, sebenarnya di desa ini sudah ada aliran air bersih dari PAM akan tetapi tidak semua rumah di dusun 1 dan dusun 2 yang mempunyai water meter. Bagi mereka yang tidak memiliki aliran air PAM, mereka membuat sumur bor tersendiri dan menghasilkan air yang tidak terlalu jernih dan memiliki rasa campuran antara air tawar dan air asin, biasa dikenal dengan air payau. Bagi mereka yang tidak mempunyai keduanya, mereka tetap menggunakan aek mirah atau biasa kita menyebutnya air keruh.
            Mendengar celotehan-celotehan mereka tentang air bersih, sontak aku teringat kehidupan orang-orang di kota. Bunyi mesin air yang meraung-meraung, air dari kran yang mengalir seolah-olah tak pernah mengenal rasa lelah dan bak mandi yang tak bisa berkata apa-apa ketika dia sudah tidak bisa menampung aliran air itu lagi. Pastinya mereka bersyukur atas limpahan air bersih itu, akan tetapi, mungkin saja mereka hanya lupa bagaimana cara mensyukuri nikmat dari Tuhan tersebut. Lupa bagaimana caranya menggunakan air bersih dengan baik dan bijak. Lupa jika di luar sana masih banyak orang-orang yang ingin bersahabat dengan air bersih setiap harinya.
            Pagi itu, aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari mereka yang mungkin bukan hanya aku yang sering kali lupa cara bersyukur dan mensyukuri nikmat dari Tuhan. Because, the key for a happiness is when you thankful for the grace that God has given to you. Harapan ku, semoga suatu hari nanti kalian bisa pergi ke belahan dunia lainnya dan menemukan tempat-tempat indah karunia dari Tuhan. Terima kasih dik.


Oleh Ria Putri

About Pulau Seliu

Sebuah portal yang mengenalkan salah satu khasanah Kekayaan Wisata Indonesia yang berada di pulau belitung, Pulau Seliu adalah sebuah pulau kecil yang berada di Selatan Belitung dengan segala keindahan alam dan kearifan lokalnya

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2013 Seliu Island™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.