1001 Kenangan Dermaga

Apa itu dermaga? Dermaga adalah tempat dimana kapal berkumpul. Warga Desa Pulau Seliu sering menyebutnya “pangkalan”, namun kami Tim KKN-PPM UGM Unit BBL-11 lebih sering menyebut tempat itu “dermaga”. Saat pertama kali kami menginjakkan kaki di Pulau Seliu, kami disuguhkan oleh birunya air laut dan pemandangan jejeran kapal yang ditambatkan di dermaga. Keberadaan kursi dan meja yang terbuat dari kayu yang berada di pinggir pantai di bawah pohon rindang membuat warga dapat menikmati indahnya suasana di dermaga Pulau Seliu.

            Aktivitas di dermaga dari pagi hari hingga malam hari berbeda. Ketika pagi datang banyak warga yang bergegas ke dermaga untuk menaiki kapal yang akan menyebrang lautan menuju Teluk Gembira. Kapal pagi biasanya berangkat pukul 06.30 WIB. Warga yang menyebrang sebagian besar akan pergi ke Kota Tanjung Pandan dengan berbagai keperluan, salah satunya adalah belanja untuk kebutuhan sehari-hari. Kami pun sering bergilir pergi ke Tanjung Pandan untuk membeli bahan untuk program, bahan untuk kebutuhan sehari-hari, atau untuk bertemu dengan dinas terkait dengan program masing-masing.

Ketika matahari mulai berada sempurna di atas kita, anak-anak kecil pun sering bermain di sana. Untuk hanya sekedar bercanda dengan temannya, menggambar, bahkan bermain. Kapal dari Teluk Gembira ke dermaga Pulau Seliu tersedia pada pukul 14.00 dan 16.30 WIB. Pada sore hari dermaga dipenuhi orang yang balik dari Tanjung Pandan. Bawaan belanja yang banyak diangkut menggunakan motor yang dilengkapi dengan gerobak. Anak-anak kecil sering membantu mengangkat barang-barang dari penumpang kapal.

Kehidupan di dermaga Pulau Seliu mulai ramai ketika malam datang. Indahnya bulan dan bintang seolah menyempurnakan suasana malam di pulau kecil ini. Kemerlap lampu kapal yang berjejer di dermaga ditambah dengan alunan ombak yang terdengar syahdu menimbulkan suasana romantis bagi kami. Aktivitas warga pun beraneka ragam. Dari mulai aktivitas santai hingga serius. Permainan gitar dengan alunan lagu sering dimainkan warga dengan ceria di kursi pinggir pantai. Obrolan santai dengan bahasa Seliu pun sering terdengar begitu jelas hingga kami sering menirukannya. Keakraban mereka-pun sangat tampak pada saat itu. Ada warga yang ke dermaga hanya untuk sekedar mencari sinyal karena kuatnya salah satu sinyal provider berada di dermaga itu sendiri. Kami salah satunya.

Warung makan menjadi salah satu alasan mereka untuk sekedar mengisi perut atau melepas dahaga. Andalan warung makan di dekat dermaga Pulau Seliu adalah gangan dan tekwan. Gangan merupakan makanan khas Desa Pulau Seliu sedangkan tekwan merupakan makanan khas Palembang. Kami Tim KKN PPM UGM Unit BBL 11 menjadi salah satu penikmat menu ini. Es cincau yang dicampur dengan susu sangat recomended untuk dinikmati ketika dahaga datang. Adanya televisi di warung semakin lengkap dan membuat warga yang berkunjung menikmati tayangan televisi pada malam hari. Biasanya, warga sering mengadakan nobar pertandingan tinju, bola maupun nonton film bersama. Hal ini menjadi sangat mengasyikkan karena pada siang hari mereka melaut dan jika ada di rumah mereka belum dapat menikmati listrik. Fasilitas listrik yang ada di pulau Seliu dimulai dari sore hari hingga pagi hari sekitar pukul 16.30 WIB hingga 05.30 WIB. Maka dari itu warga sangat antusias nonton bareng di warung sembari bermain kartu.

Kegiatan kami di dermaga bermacam-macam. Biasanya jika sedang tidak ada kegiatan, kami pergi kesana kemudian menelfon orang tua maupun teman yang sedang tidak bersama kami. Selain itu, rapat sub unit sering dilakukan di dermaga karena tempatnya “cozy” dan tidak jauh dari pondokan kami. Program-pun ada yang dilakukan di dermaga, contohnya adalah pelatihan website. Segala sesuatu yang berhubungan dengan internet biasa kami lakukan di dermaga yang kuat sinyal. Kami sering menjuluki teman yang sering pergi kesana dengan sebutan AGD (Anak Gaul Dermaga). Begitu banyaknya kenangan di dermaga, mungkin dermaga akan menjadi salah satu tempat yang akan kami rindukan ketika sudah harus meninggalkan Seliu nanti.

Oleh Rima Nurlatifah