Salah satu hal yang ingin kami lakukan disini menghabiskan waktu bersama anak-anak desa. Kami ingin merasakan pengalaman yang mungkin kedepannya sulit untuk diwujudkan kembali. Hari kedua adalah awal dari perjalanan penghayatan kami bersama anak anak di desa Pulau seliu ini. Di pertemuan awal, nampaknya penilaian saya terhadap anak anak disini cukup positif. Mereka sangat antusias dan respect dengan keberadaan kita disini. Oke, kedepannya semoga tidak ada kendala untuk mendekati anak anak di desa ini.
Perjalanan berlanjut, ketika kita ‘turun’ lebih jauh bersama anak-anak. Setelah upaya pembentukan kesan terhadap kita cukup sukses di awal. Kita menjadi lebih bersemangat untuk menjadikan diri kita sebagai sahabat karib bagi mereka. Tepat sekali ternyata tidak butuh waktu lama, dalam waktu sekali duduk kita bisa mengambil hati mereka lebih.
Salah satu tempat yang tepat untuk mendekati mereka adalah di perpustakaan dan masjid. Perpustakaan di desa ini cukup berhasil untuk menggaet anak anak desa untuk belajar di sini. Tentunya hal itu adalah kebiasaan yang sangat positif dan jarang kita temui didesa lain. Semoga kedepannya mereka menjadi orang yang berhasil dan menjadi generasi unggul pengubah bangsa di masa depan.
Ketika itu ketika kami berjalan jalan mengelilingi desa, kami dipertemukan dengan Pak Saleh ketua adat desa pulau seliu. Kamipun dipersilahkan mampir. Selama beberapa waktu, kami berbincang bincang di depan teras rumah pak ketua adat, ditemani istrinya yang sedang mengidap sakit stroke dan terduduk di kursi sebelah sisi kiri serambi rumah. Dengan bersemangat Pak Saleh menceritakan beberapa hal yang menarik tentang pulau seliu.
Setelah puas berbincang dengan Pak Saleh, kampiun melanjutkan perjalanan. Kebetulan disebelah kiri rumah pak saleh, terdapat bangunan pengolah air dengan menggunakan sistem RO (Reverse Osmosis). Kami tertarik untuk melihat lihat sejenak dan menanyakan beberapa hal kepada penjaga Sistem pengolah air tersebut. Beberapa dari kita istirahat sejenak digundukan pasir di pinggir jalan, setelah cukup jauh berjalan. Tiba tiba ada segerombolan anak anak yang menghampiri kami. Mereka berjumlah 4 anak. Yang masing masing namanya adalah Ery, Orion, dan Derli. Dengan antusias penuh kami mengajak mereka berinteraksi dan saling berkenalan.
Kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ujung desa, lapangan bola desa pulau seliu. Sekaligus ingin melihat fasilitas Kincir angin yang telah lama mangkrak dan tidak berfungsi. Setelah tidak jauh akhirnya kami sampai di padang bol (lapangan bola) dan segera menuju ke PLTH (Pembangkit listrik Tenaga Hybrid) yang letaknya disebelah utara persis lapangan bola. Ketika dalam perjalanan ketempat itu rombongan kami bertambah satu orang, yakni rayhan. Seorang anak kecil dengan rambut kriting dan kulit wajah yang lebih gelap dibandingkan teman-temannya.
Empat anak inilah yang menemani perjalanan kami pagi itu. Empat anak dengan karakter yang berbeda beda. Namun mereka terlihat sangat akur satu sama lain. Yang tertua adalah ery Yuliansyah namanya (Kebetulan saya tahu nama panjangnya ketika dia menunjukkan buku yasin peringatan 1000 hari meninggal kakeknya, yang dihalaman awalnya tertulis namanya). Sebenarnya sehari sebelumnya saya sudah bertemu dengannya di masjid. Dia adalah cucu pak saleh.
Ketika kami berada di dalam instalasi PLTH sembari melihat-lihat puluhan bahkan ratusan aki yang masih tertata rapi dibawah naungan Panel surya. Kami mendapatkan momen yang cukup membuat kami lebih dekat. Namun disela sela interaksi tersebut, tiba tiba salah satu dari mereka berbicara kepada saya. Sebuah pernyataan polos seorang anak kecil yang sempat membuat saya terdiam sejenak. Apa kalimat yang keluar darinya?Ah, mungkin biarkan saja saya dan Tuhan yang tahu (haha). Seketika itu saya langsung berspekulasi macam macam tentang anak ini. Saya menanggapi dengan kalimat pujian kepadanya, dan bingung mau jawab apalagi. Bagaimanapun dia adalah seorang anak kecil yang belum tahu apa apa. Itu adalah bentuk pernyataan yang menunjukkan kepolosannya semata. Tidak lebih dari itu, dan pastinya tidak ada niatan apa apa dari anak ini.
Setalah dari intalasi PLTH, kami melanjutkan perjalanan berbalik arah menuju timur. Sepanjang perjalanan kami mencoba belajar bahasa mereka dan terus mendekatkan dengan mereka sebagai bentuk penanaman nilai dan kesan kami terhadap mereka. Ditengah perjalanan, satu persatu anak-anak desa yang lain kami temui, dan beberapa mereka ikut serta dalam rombongan.
Dari sekian banyak anak anak yang mengkuti kami pagi itu, ada satu orang anak yang membuat saya sangat tertarik dengannya. Seperti yang telah tersebut diatas, dia adalah anak yang melontarkan sebuah pernyataan yang membuat saya terkaget sekaligus kagum padanya. Dia adalah anak kelas 2 SD di salah satu SD di padang kandis. Ya, dia tidak bersekolah di Pulau Seliu. Biasanya diwaktu-waktu liburan seperti ini dia banyak menghabiskan waktu di rumah neneknya, di Pulau Seliu. Bergaul bersama anak anak seliu yang lain. Dia adalah anak yang sangat cerdas dan baik hati. Dan satu lagi yang paling penting dan membuat saya terkagum kagum, adalah sisi kedewasaan yang dimiliki oleh anak umur 8 tahunan ini. Dengan nada bicaranya yang kalem dan polos, beberapa kali dia memprotes dan menyatakan ketidak setujuannya terhadap apa yang dilakukan teman-teman sebayanya. Bahkan tidak hanya itu, tidak jarang dia juga menyatakan ketidak setujuannya terhadap apa yang kita, orang dewasa lakukan. Beberapa kali pula kita terdiam sejenak dan merasa malu sendiri mendengarkan pernyataan dari anak ini. Ini adalah sebuah karakter seorang anak yang jarang ditemui di anak-anak desa jaman sekarang. Pantas saja dia selalu mendapatkan predikat juara satu di sekolahnya. Namanya Derli.
Jumat, 10 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar