Sekian lama tidak pernah ke SD, akhirnya kemarin Sabtu, 11 Juli 2015 kembali ke SD. Bukan ke SD saya di Bali dulu, tapi di SD 28 Mambalong, yang terletak di Desa Pulau Seliu. Tentu saja kunjungan ke SD ini masih dalam rangka melaksanakan KKN. Apa yang dilakukan? Sudah bisa ditebak, kalau mahasiswa KKN ke suatu SD tentu saja tujuannya untuk mengajar.
Tema
pelajaran hari ini yakni Pancasila dengan sasaran anak SD kelas 2. Terbiasa
menjelaskan dikelas selama kuliah lengkap dengan laptop dan proyektor, jangan
harap di Pulau Seliu bisa mengajar dengan laptop dan proyektor. Kenapa? Karena
tidak ada listrik di pagi hari, listrik hanya ada mulai jam 16.30 – 06.00. Jadi
kalaumau pakai proyektor atau laptop harus membuat kelas malam, tentu aja hal
tersebut tidak efektif dilakukan. Salah satu media terbaik untuk menggantikan
proyektor yakni kertas gambar. Karena sasarannya anak SD kelas 2, tentu saja
materinya tidak harus yang berat, cukup
yang simpel, menarik dan mudah dicerna oleh anak SD. Modal mengajar kali ini
yakni gambar burung garuda yang siap diwarnai dan tentu saja sudah dilengkapi
dengan pensil warna yang sudah disiapkan sebelumnya.
Pertama
kali sampai ke SD, pemandangan indah sudah menyapa di depan mata. Tawa ceria
anak kecil tanpa beban, berlari riang di halaman sekolah. Tak ada rona beban
tugas sekolah, atau harus dikejar deadline penelitian tertentu, yang ada hanya
tawa riang dan gembira menikmati waktu kosong di sekolah, Datang ke sekolah
lengkap dengan almamater kebanggan, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi
anak SD, terlebih lagi SD 28 Mambalong merupakan SD yang berada di suatu pulau
kecil yang sepertinya jarang kedatangan tamu, begitu kami tim BBL-11 datang
langsung di kerubuti anak-anak. Bapak gurupun dengan ramah menyambut dan
langsung mengantarkan kami ke kelas 2.
“Ayo
anak-anak masuk dulu”, perintah pak Sukirman saat itu yang langsung disambut
lari kencang anak-anak masuk ke kelas. Dan apa yang terjadi di dalam kelas?
Cukup mengagetkan, jumlah siswa kelas 2 hanya 6 orang, dan ternyata hal
tersebut juga terjadi pada kelas-kelas lainnya. Mulai dari kelas 1 sampai kelas
6 rata-rata jumlah siswanya 6 – 12 orang, jumlah yang tergolong sedikit. Di
kelas 2 yang jumlahnya hanya 6 orang tentu akan lebih mudah untuk mendapat juara 3 atau juara 2 karena
jumlah persaingannya menjadi tidak terlalu ketat, namun rasanya suasana kelas
menjadi agak sepi. Sediki informasi di Pulau Seliu ada 2 SD dan 1 SMP, dan
belum ada SMA.
Menjelaskan
mengenai pancasila hanya untuk 6 orang rasanya ada yang kurang, supaya lebih
rame akhirnya diadakan kelas kolaborasi saja. Semua siswa boleh ikut
pembelajaran pancasila kali ini. Menjelaskan sedikit mengenai pancasila, lambang
beserta artinya, siswa disini cukup antusias. Apalagi ketika mulai menggambar,
siswa di SD 28 Mambalong sangat antusias dan ingin cepat-cepat diberikan pensil
warna. Materinya memanng sederhana, yang membuat istimewa adalah semangat
belajar para siswa. Semuanya memiliki rasa ingin tahu dan semangat belajar yang
tinggi. Semangat ini perlu di jaga.
Berada di Pulau Seliu selama 2 bulan dan beberapa kali mengajar di SD
mungkin tidak akan membuat seluruh siswa disini menjadi pintar. Yang bisa
diberikan untuk anak SD yakni figur yang bisa dijadikan mimpi dan inspirasi
untuk memacu samnagat mereka untuk belajar, berhasil atau tidaknya akan
ditentukan oleh seberapa besar perjuangan mereka sendiri. Selamat berjuang.
Beberapa saat seletah mengjar di SD 28 Mambalong – oleh Made Sapta
0 komentar:
Posting Komentar