Senin, 03 Agustus 2015

Orang-orang Seliu Pandai dalam Menikmati Hidup

Posted By: Pulau Seliu - 08.28

Share

& Comment



“Tak kenal maka tak sayang”
         Dua puluh tahun lamanya saya tidak tahu menahu tentang pulau ini. Saya tidak pernah tahu bahwa pulau ini ada. Saya tidak pernah membayangkan bahwa pada suatu saat di hidup saya, saya akan menginjakkan kaki di pulau ini. Sejauh itulah pulau ini kala itu dari kehidupan saya. Saya dan orang-orang di pulau ini saat itu bagai hidup dalam dunia yang berbeda, tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.
          Bila suatu saat nanti Anda berkesempatan untuk mengunjungi Desa Pulau Seliu, hal pertama yang akan menyambut Anda adalah tulisan “Selamat Datang di Desa Pulau Seliu” yang terpampang di atas gapura. Satu hal yang perlu Anda ingat, pesan tersebut bisa jadi bukan sekedar hiasan atau formalitas, melainkan pesan yang tulus karena orang-orang di sini begitu senang menyambut orang baru, hal itulah yang saya rasakan. Mereka sangat ramah dan murah senyum. Pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini, saya terpikat dengan keramahan orang-orang Seliu.
       Seperti yang sudah dituliskan di judul artikel ini, orang-orang di Desa Pulau Seliu begitu pandai dalam menikmati hidup. Cuaca di sini memang panas, pada siang hari tidak ada listrik, serta akses ke kota cukup sulit, akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi orang-orang Seliu untuk menikmati setiap jengkal pulau ini.
       Menurut saya, orang yang paling bahagia di dunia ini adalah yang dapat melihat sisi positif dan kebaikan dari setiap hal dalam hidupnya.
Pagi pertama kami di Pulau Seliu, anak-anak telah menunggu kami di depan pondokan. Mereka mengajak kami untuk berjalan-jalan pagi keliling pulau. Anak-anak itu dengan sendirinya berinisiatif untuk mengajak kami keliling pulau, walaupun sedikit malu-malu mereka begitu bersemangat. Sorot mata mereka begitu menjanjikan bagi kami.


     Kami berjalan keliling desa, mereka dengan semangat mengenalkan setiap rumah kepada kami. Rumah ini milik siapa, rumah itu milik siapa, begitu seterusnya, rumah demi rumah. Beberapa saat setelah langit mulai terang, kami sampai di sebuah pantai. Mereka menyebut pantai itu Lingkok. Yang spesial dari pantai Lingkok adalah gundukan pasirnya yang dapat bergeser setiap hari. Pantai Lingkok yang indah begitu sepi, yang terdengar hanya deburan ombak dan deru mesin perahu dari kejauhan. Keindahan pantai, matahari terbit, serta kesunyian membuat kami merenung.


       Di lain hari, anak-anak mengajak kami untuk berjalan-jalan menuju tribun. Tribun adalah lapangan bola lengkap dengan dua gawang dan tribun penonton. Di tepi lapangan terdapat pohon besar. Pohon rindang itu terlihat kontras di antara lapangan yang tak berumput. Di atas pohon itu dibangun rumah pohon. Rumah pohon itu sangat dibanggakan oleh anak-anak Seliu. Permukaan anak tangganya yang terbuat dari batang pohon telah halus menandakan bahwa tangga itu sering dipanjat. Di atas rumah pohon, angin yang berhembus dapat mengalahkan gerah dan panasnya cuaca. Pantas saja, anak-anak sering menghabiskan siang di rumah pohon itu. 
       Anak-anak di Pulau Seliu membagi sebagian kecil dari dunia mereka kepada kami. Sebagian kecil dunia itu sudah cukup untuk meninggalkan bekas yang dalam di hati kami. Kesempatan mereka melihat dunia luar mungkin belum sebanyak saya dan rekan-rekan tim KKN, akan tetapi petualangan yang telah mereka lalui mungkin jauh melebihi saya. Anak-anak di Pulau Seliu pandai menikmati setiap jengkal petualangan dan kebahagiaan yang ditawarkan pulau kecil ini.



      Saat kita mengenal seseorang, kita mengenal dunianya.Selain anak-anak, orang dewasa di Pulau Seliu sama hebatnya dalam menikmati hidup. Bila Anda berkesempatan berkunjung ke sini, Anda mungkin akan menyadari bahwa hampir di setiap rumah, tepatnya di teras terdapat setidaknya satu batang pohon yang besar. Kebanyakan pohon yang tumbuh adalah pohon mangga. Di dahan-dahannya yang kuat, orang-orang memasang ayunan yang terbuat dari jaring. Di sebelah ayunan-ayunan itu terdapat kursi kayu yang  besar dan lebar untuk berkumpul. Saya sempat mencoba salah satu ayunan, lima menit berayun sudah cukup untuk menenangkan pikiran saya.
       Di malam hari, orang-orang dewasa di Pulau Seliu berkumpul di dekat dermaga untuk bercengk
rama sambil menikmati secangkir kopi hangat. Mereka menyebutnya dengan berkelakar. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa senangnya orang-orang di Seliu berkumpul. Mereka berkumpul dalam kesederhanaan. Tak perlu acara, tak perlu rencana. Begitu duduk bersama, saat itupun terangkai kata. Bahkan di tengah pembicaraan, mereka akan menyempatkan diri untuk menyapa bilamana kami melintas. Orang-orang di sini menyapa kami bahkan sebelum kami menyapa terlebih dahulu.

     Saat kita melihat sesuatu selama sedetik, hati kita melihatnya selama seribu detik. Saat kita mendengar satu kata, hati kita telah mendengar seribu cerita. Kita tidak pernah mendapatkan sesuatu dengan sia-sia, segala sesuatu ada pelajarannya, bila pesan itu tidak terlihat, bila pesan itu tidak terdengar, cukup lihat dan dengarkan sekali lagi, dengan hati.
Setelah melihat bagaimana orang-orang di Pulau Seliu menikmati hidup, hati saya tersentuh. Sungguh besar nikmat yang telah Tuhan berikan, dan nikmat itu ada di segala sesuatu.Semoga artikel ini dapat membantu Anda untuk berkenalan dengan Pulau Seliu, setelah Anda kenal, semoga Anda akan sayang.



Seliu, 30 Juli 2015 -oleh Voila




About Pulau Seliu

Sebuah portal yang mengenalkan salah satu khasanah Kekayaan Wisata Indonesia yang berada di pulau belitung, Pulau Seliu adalah sebuah pulau kecil yang berada di Selatan Belitung dengan segala keindahan alam dan kearifan lokalnya

1 komentar:

Copyright © 2013 Seliu Island™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.