Lagu daerah
sudah sejak dahulu ada dan melekat dimasing-masing daerah di Indonesia.
Memiliki ciri khas bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan daerahnya
masing-masing. Akan tetapi tidak semua orang mengetahui lagu-lagu daerah yang
ada, apalagi dari daerah lain. Generasi muda Indonesia pada umumnya lebih
menyukai lagu-lagu modern dari pada lagu daerah. Begitu juga yang kita temui di
Pulau Desa Seliu ini. Pada kenyataannya yang terjadi di sana, sebagian besar
generasi mudanya tidak mengetahui lagu dari daerah lain, yang mereka ketahui
adalah lagu dari daerah Belitung saja, seperti lagu berage, kembang melati, dan
lain-lain. Justu mereka lebih cakap dalam menyanyikan lagu-lagu modern tentang
cinta dari pada lagu-lagu daerah.
Hal inilah yang
akhirnya memunculkan keinginan dari dalam hati untuk sedikit berbagi tentang
lagu-lagu dari daerah lain. Ide mengajarkan lagu daerah ini muncul selain
karena alasan diatas juga karena pada awalnya kami melihat kenyataan bahwa
mayoritas anak-anak di Desa Pulau Seliu ini memiliki hobby yang sama yaitu
menyanyi. Tanpa disangka-sangka ternyata mereka sangat antusias dalam mengikuti
kegiatan belajar mengenal lagu-lagu dari daerah lain. Mereka menyambut dengan
baik dan penuh semangat kegiatan yang sederhana ini. Akan tetapi ada hal yang
unik yang muncul ketika proses belajar mengajar menyanyi lagu daerah di Pulau
Seliu. Mungkin hampir di setiap daerah memiliki kegemaran yang sama dengan
masyarakat desa Pulau ini, akan tetapi ada sedikit keunikan yang dapat kita
temukan di pulau ini. Bukan karena semua lapisan masyarakatnya gemar menyanyi,
akan tetapi lebih karena mereka memiliki nada-nada yang tidak semua orang dapat
mendendangkannya. Mereka memiliki “cengkok” dangdut melayu yang sangat kental.
Cengkok khas melayu yang tidak semua orang bisa melakukannya, terlebih untuk
nada-nada tinggi, akan tetapi di sini setiap lagu yang mereka dendangkan selalu
menggunakan cengkok melayu.
Awalnya hanya
satu dua orang saja yang muncul dan menyanyikan lagu dangdut dengan cengkoknya,
akan tetapi semakin hari semakin terlihat bahwa ternyata hampir semua penduduk
Pulau Seliu memiliki ciri khas dalam menyanyi yaitu cengkok dangdut. Setiap
orang yang ada disini menyukai lagu-lagu dangdut, bahkan anak-anak yang usianya
masih muda, masih duduk di bangku SD pun sangat cakap dalam menyanyikan lagu
dangdut dengan cengkok. Sambil berjalanpun tanpa ragu mereka menyanyikan lagu
dangdut dengan cengkok seperti layaknya biduan dangdut profesional.
Uniknya, selama
proses kegiatan memperkenalkan lagu-lagu daerah kepada generasi muda di Pulau
Seliu, lagu yang diajarkan semuanya dibumbui dengan cengkok dangdut. Lagu yang
nada dasarnya datar tiba-tiba berubah menjadi seperti dangdut melayu,
meliuk-liuk seperti layaknya lagu melayu. Lagu Enggo Lari yang berasal dari
Maluku dan E Yamko Rambe Yamko dari Papua pun tiba-tiba nadanya berubah menjadi
seperti lagu Melayu jika mereka yang menyanyikannya. Tidak hanya satu atau dua
orang yang menyanyikannya dengan cengkok, akan tetapi hampir semuanya
menyanyikannya dengan nada yang meliuk-liuk.Unik dan menarik, karena mereka
memiliki kemampuan dan ciri khas dalam menyanyikan lagu yaitu dengan cengkok
dangdut. Tidak semua orang bisa menyanyikan segala macam lagu dengan cengkok.
akan tetapi di Pulau ini, hampir semua penduduknya memiliki kemampuan tersebut,
yaitu mengubah segala nada menjadi ala-ala dangdut Melayu. Hebatnya mereka
menyanyikannya dengan penuh kepercayaan diri, tanpa ragu, dan bangga
menunjukkan ciri khas mereka.
Oleh
Athia Rakhma
0 komentar:
Posting Komentar