Pada abad 21 ini
setiap orang pasti pernah membuang sampah, baik membuang sampah pada tempatnya
atau membuang sampah sembarangan. Tidak bisa dipungkiri kebiasaan seseorang
untuk tertip membuang sampah pada tempatnya tidak terlepas dari kebiasaan di
lingkuang keluarga, lingkungan masyarakat dan tempat beraktifitasnya, oleh
sebab itu kebiasaan membuang sampah pada tempatnya adalah menjadi nilai dasar
yang harus ditanamkan kepada setiap orang.
Desa Pulau Seliu,
salah satu pulau yang terdapat di wilayah Kabupaten Belitung adalah desa yang
sangat ideal untuk di jadikan destinasi wisata. Hal ini banyaknya tempat-tempat
wisata yang dapat di kunjungi dari pulau ini. Dari pesona laut yang sangat indah
sampai lingkungan hutan yang masih asri dan terjaga. Di samping itu, masyarakat
yang sangat ramah membuat Desa Pulau Seliu sangat cocok untuk dijadikan
destinasi wisata.
Disamping itu
Desa Pulau Seliu juga menghadapi masalah yang lumayang kompleks seputar sampah.
Yah sampah adalah masalah yang sering dihadapi hampir seluruh tempat-tempat
wisata. Kebiasaan masyarakat yang kurang menjaga lingkungan, membuang sampah
tidak pada tempatnya serta merusak fasilitas kebersihan umum menjadikan masalah
sampah sesuatu yang perlu di tangani. Masayarakat di Desa Pulau Seliu sendiri
sudah menyadari pentingnya akan kebersihan, terlihat dari rajinya masyarakat
Desa Pulau Seliu membersihkan halaman rumahnya hampir setiap pagi. Hal ini
memberikan gambaran kepada kita bahwa masyarakat mau ikut serja menjaga
kebersihan lingkuan dari sampah. Lantas masalah sebenarnya apa?
Masalah utama
yang dihadapi adalah sistem pengolalaan sampah yang masih sangat kurang.
Masayarakat Desa Pulau Seliu hanya membakar sampah-sampah yang telah mereka
kumpulkan tanpa melakukan pengolahan sampah terlebih dahulu. Padahal dari
sampah-sampah tersebut masih banyak yang bisa dimanfaatkan seperti pembuatan
kerajinan dari limbah plastik, pengolahan sampah organik untuk pupuk, dan
bahkan memjual kembali sampah tersebut sesuai jenis sampahnya.
Sampah yang
masih laku untuk dijual kembali berupa sampah kertas, plastik, kardus, logam
dan kaca. Di kota-kota besar, sampah jenis ini banyak di cari oleh masyarakat
untuk di jual kembali, karena harganya yang relatif mahal. Dan proses untuk
menjualnya kembali tidak menggunakan proses yang rumit. Semakin berkembangnya
produk-produk kemasan membuat jenis sampah ini terus dicari. Namun karena akses
transportasi yang lumayang jauh dan memerlukan trasportasi yang mahal, proses
menjual kembali sampah sulit untuk di terapkan di Desa Pulau Seliu.
Masalah lain
adalah kebiasaan masyarakat yang belum bisa membuang sampah menurut jenis
sampahnya. Sampah dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sampah organik dan
sampah non-organik. Sampah organik adalah sampah yang sangat mudah terurai dan
cenderung mengalami pembusukan dalam waktu yang singkat, sedangkan sampah jenis
non-organik adalah sampah yang sangat sulit sekali untuk terurai bahkan
mencemari lingkuang bila di buang sembarangan. Dengaan kebiasaan kecil untuk
membuang sampah menurut jenisnya, masyarakat sudah turut aktif melakukan
pengolahan. Karena dengan memisahkan sampah organik dan non-organik, penglolaan
sampah akan jauh lebih ringan.
Oleh sebab itu
Tim KKN-PPM UGM BBL-11 mengcetuskan untuk membuat kegiatan tentang pengelolaan
sampah. Kegiatan yang diselanggarakan berupa diskusi dengan masyarakan tentang
sampah, pembuatan gerakan sadar sampah, membangun fasilitas pembuangan, hingga
membuat plang-plang ajakan untuk mengjaga kebersihan lingkungan. Diharapkan
masyarakan akan mau dan turut serta dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.
Dan kedepannya masyarakat Desa Pulau Seliu bisa menjadi contoh sebagai desa
yang dapat mengelola sampah dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar