Ada hal menarik
yang saya temukan ketika saya melaksanakan KKN selama 2 bulan di Desa Pulau
Seliu. Pertama dari kebudayaannya yang sangat variatif, potensi alam yang
sangat kaya, dan potensi wisata tentu tidak boleh lupa untuk disebutkan. Tetapi
dari segala macam alasan diatas, ada satu alasan yang membuat saya akan tetap
teringat dengan Desa Pulau Seliu, ya apalagi kalau bukan kayak judul diatas,
DANGDUT!!!
Kenapa saya bisa
bilang seperti itu? Karena baru di Desa Pulau Seliu saya merasakan hampir tiap
malam dangdutan diatas pentas, bahkan tidak hanya diatas pentas, di warung-warung,
di dermaga, di setiap rumah warga, rata-rata dari mereka menyukai musik
dangdut, sampai-sampai pada saat peringatan 17 Agustus, ada lomba karaoke, dan
semua peserta nya menyayikan lagu dangdut.
Dangdutan....
bohong banget kalau sambal dangdutan tidak diiringin dengan joget. Ya, itulah
hobi saya selama menetap 2 bulan di Desa Pulau Seliu. JOGET! Semua warga menyukai
joget.
Di Desa Pulau
seliu ternyata selera musiknya lumayan up
to date kalau urusan dangdut, contohnya saja mereka dengerin lagu dangdut
seperti “goyang dumang”, “sakitnya tuh disini”, dan lagu-lagu dangdut lainnya
yang saya lupa namanya. Kalau bisa dibilang, selera dangdut warga Desa Pulau
Seliu dengan selera dangdut saya mungkin agak sedikit berbeda. Karena bisa
dilihat dari contoh lagu yang mereka perdengarkan diatas, ya tempo nya terlalu
cepat untuk saya, sedangkan saya lebih menyukai lagu dangdut yang tempo nya
lebih santai seperti lagu-lagu almarhum Meggy Z. Karena lagu-lagu beliau lah
saya baru dapat bisa menikmati apa yang dinamakan musik dangdut, bisa dibilang
menciptakan suasana santai dipinggir pantai, asik.
Lanjut, ternyata
ada juga 1 lagu yang baru saya dengar di Desa Pulau Seliu dan itu sangat hitz, lagu perawan Kalimantan. Pertama
saya denger lagu itu, agak kaget juga, kenapa? Karena judul lagunya perawan
Kalimantan, trus nyanyiannya ada Bahasa Jawa nya, mulai bingung? Saya juga
bingung.
Ngomong-ngomong
lagu perawan Kalimantan, lagu itu sudah membuat saya dan teman saya Rifki
menjadi juara 3 lomba joget di Desa Pulau Seliu. Yah walaupun cuma juara 3,
tapi setidaknyaa bisa bawa nama UGM sampai ke Pulau Belitung.
Lalu hal
terakhir yang paling gokil. Kepala
Desa ternyata juga menyukai dangdut, Dari kepala Desa sampai ke Bang RT nya, ya
semuanya kita panggil bang di Desa Pulau Seliu agar makin akrab, semuanya menyukai
dangdut. Ada cerita, jadi waktu itu jam 8 malam lomba joget dimulai, dan sampai
akhirnya selesai pada jam 11 malam. Pada awalnya saya pengen langsung pulang ke
pondokan, tapi seketika dipanggil lagi oleh Bang Kades dan Bang Anton, Pak RT
08 di Desa Pulau Seliu, karena mereka tahu saya suka joget. Jogetlah kita sambil
asik-asikan bareng, tanpa ada mengobrol sedikit pun, hanya menikmati suasana.
Dan tidak terasa jam sudah menunjukkan jam 2 pagi. Ya itulah efek samping
dangdutan, suka bikin lupa waktu.
Akhir kata,
ternyata dangdutan dan joget itu punya hal positif juga, selain olahraga malam,
joget juga semakin mendekatkan saya dengan Bang Kades dan para perangkat desa
lainnya, tak lupa juga mendekatkan saya kepada seluruh warga Desa Pulau Seliu,
yang pada saat memanggil saya pasti mereka selalu menggoyangkan badan seakan
menirukan gerakan saya berjoget. Lucu juga mereka, tapi apapun itu,
kenangan-kenangan ini tak akan pernah bisa dilupakan sampai di hari tua
sekalipun. Saya akan selalu mengingat bahwa saya dulu pernah menghabiskan waktu
selama 2 bulan di tempat yang sangat luar biasa dan tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata, yaitu Desa Pulau Seliu
Terima Kasih
Seliu, sudah memberikan saya kesempatan untuk meng-ekspresikan diri saya tanpa
perlu malu-malu. God Bless U Seliu!
Oleh:
M. Risyad Isman Putra
0 komentar:
Posting Komentar