Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Itulah sebuah
peribahasa yang saya dapatkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia saat SD. Waktu
itu, saya hanya mengetahui arti peribahasa tersebut bahwa kebiasaan atau adat
istiadat di satu tempat dengan tempat lainnya berbeda-beda. Saya tidak
benar-benar merasakan makna dari sebaris kalimat itu. Mungkin karena selama ini
saya tidak pernah berada jauh-jauh dari kota kelahiran dalam waktu yang cukup
lama, sehingga jarang sekali menemui tradisi budaya masyarakat yang berbeda
signifikan dengan yang selama ini saya lihat. Sekarang, ketika berusia dua
puluh satu tahun saya baru benar-benar merasakan makna dari kalimat itu. Yaitu
ketika saya KKN di Pulau Seliu, sebuah pulau kecil di sebelah selatan Belitung.
Dua bulan disini saya yang belum pernah merantau cukup lama menemukan beberapa
tradisi yang unik khas Pulau Seliu, dan yang begitu mencolok bagi saya adalah tradisi
“bedulang”.
Selama di sini, saya dan teman-teman KKN-PPM UGM Unit BBL-11 tak hanya
berhadapan dengan kehidupan 'normal' masyarakat Seliu, namun kami juga menemui
'kejadian luar biasa' di pulau kecil ini. Haha, yang saya maksud kejadian luar
biasa disini adalah adanya hajatan warga yang tak selalu ada setiap hari. Mulai
dari hajatan pernikahan, selamatan rumah baru, hingga doa bersama untuk
keluarga yang meninggal telah kami temui. Dari hajatan-hajatan itulah, saya
mengenal tradisi bernama "bedulang". Bedulang berasal dari kata
‘dulang’ yaitu nampan besi besar berbentuk lingkaran yang digunakan untuk
tempat makanan dalam hajatan masyarakat Seliu. Di atas dulang, beraneka ragam
makanan disajikan. Inilah mengapa tradisi makan bersama ini dinamai bedulang.
Tata cara menyajikan dulang pun tidak sembarangan, ada urutan tersendiri.
Pertama kali disajikan adalah jengkarok, makananan khas Seliu berupa pisang
yang ditaburi parutan kelapa yang dikeringkana. Selanjutnya dulang disajikan
dengan tudung saji unik berbentuk menyerupai caping. Barulah nasi dan air putih
yang disajikan. Kemudian, orang duduk melingkari dulang untuk bersiap menyantap
hidangan. Tak sembarangan, orang yang duduk melingkari dulang maksimal harus
sebanyak empat orang, tak boleh lebih. Sayangnya, ketika saya bertanya kenapa
harus empat orang dalam satu dulang kepada masyarakat setempat, mereka pun tak
tahu jawabannya.
Membicarakan bedulang, tentu tak dapat lepas dari membicarakan
makanan. Hampir semua menu yang biasa disajikan dalam acara bedulang adalah
makanan khas Pulau Seliu seperti gangan (sayur ikan kuah kuning), sayur
ikan/ayam pedas, pepaya muda, dan sambal serai. Sebagai penutupnya disajikan
agar-agar, kue lapis, ataupun kue talam. Ada juga sajian jantung pisang, namun
berbeda dengan olahan jantung pisang di Jawa yang umumnya dibuat sayur, di
Seliu jantung pisang direbus utuh dan dimakan dengan sambal serai. Makanan unik
lain yang saya temui di Pulau Seliu adalah sayur batang pisang muda dan sayur
batang kelapa yang masih muda yang dimasak serupa sayur rebung di Jawa. Adapula
begero, semacam bubur sumsum yang digulung, diiris tipis-tipis lalu diberi kuah
kaldu ikan. Makanan lain yang mudah dijumpai di pulau ini adalah pempek dan
tekwan, hampir semua warung menjual makanan itu setiap hari. Soal rasa dari
makanan-makanan itu, hmmm jangan tanya…begitu lezat karena kaya akan bumbu
rempah-rempah. Konsep don’t judge book by its cover benar-benar berlaku si
Seliu ini, jika melihat tampilan makanannya, memang tampak kurang menggugah
selera, namun ketika dicoba dijamin rasanya tidak mengecewakan bahkan bisa-bisa
bikin ketagihan.
Seliu memang kaya akan kulinernya. Bila berkunjung ke pulau kecil ini,
tak hanya pantai-pantai tenangnya yang wajib dikunjungi. Kuliner khas Seliu
juga wajib dicicipi. Sempatkanlah duduk berkelakar atau berbincang dengan
warganya yang ramah-ramah sembari menikmati lezatnya hidangan khas Seliu.
Sayangnya, makanan-makanan lezat itu tak dijual bebas. Anda harus memesannya
khusus kepada warga setempat hehehe. Tapi percayalah, dana yang dikeluarkan
pasti sebanding dengan kenikmatan yang didapatkan. Selamat menikmati indahnya
Indonesia, lewat sebagian pulau kecilnya, Seliu.
Oleh Nurul Latifah
0 komentar:
Posting Komentar